Rabu, 28 Februari 2018

Toilet Training; PR Bagi Emak-Emak

http://kataella.blogspot.co.id/, emak-emak, Shalihah Motherhood, Toilet Training, Balita, Mengajarkan toilet training pada anak, Ella Nurhayati

Sudah baca tentang grup emak-emak Shalihah Motherhood

Silakan klik di sini dan di sini 


Seperti yang sudah kujelaskan, grup ini bukan grup ngegosip yang ujung-ujungnya nyinyirin orang. Tapi lebih ke sharing tentang berbagai hal menarik dunia emak-emak, khususnya yang mempunyai anak balita. Kalau ditanya topik apa yang sedang hangat diperbincangkan? Susah, Mak, jawabannya, karena dalam seminggu ini banyak topik menarik yang rugi sekali jika dilewatkan.

Salah satunya adalah tentang Toilet Training (TT). Gegara perwakilan member Shalihah Motherhood siaran di radio Dakta Bekasi, membahas tema ini, otomatis member pun ramai sharing tentang ceritanya masing-masing. Terutama member yang anaknya sudah lulus TT, pasti punya cerita menarik yang berbeda-beda. Apalagi member yang sudah lebih dari satu anaknya. Ceritanya lebih bervariasi.


http://kataella.blogspot.co.id/, emak-emak, Shalihah Motherhood, Toilet Training, Balita, Mengajarkan toilet training pada anak, Ella Nurhayatihttp://kataella.blogspot.co.id/, emak-emak, Shalihah Motherhood, Toilet Training, Balita, Mengajarkan toilet training pada anak, Ella Nurhayatihttp://kataella.blogspot.co.id/, emak-emak, Shalihah Motherhood, Toilet Training, Balita, Mengajarkan toilet training pada anak, Ella Nurhayati



Seperti gambar yang kubagikan ini, ini salah satu obrolan kami di grup. Dan bisa kusimpulkan bahwa cerita TT sangat beragam. Setiap Ibu dan anak pasti punya cerita tersendiri. Begitu pun dengan aku yang punya cerita tersendiri bersama Alif, anakku yang sekarang usianya 3 tahun. Tentunya cerita yang dibagikan sangat bermanfaat untuk member yang masih hamil atau yang baru mempersiapkan TT untuk anaknya. Bahkan menjadi inspirasi untuk member yang belum berani memulainya.

Nah aku tidak akan simpan sendiri ilmu yang sangat menarik ini. Semoga pembaca yang sedang mempersiapkan TT untuk anaknya, atau emak-emak yang masih bingung harus dimulai dari mana, simak ya beberapa poin hasil dari resume obrolan kami di grup ini.

Oiya, kapan anak siap melakukan TT? Lora Jensen menuliskan jawabannya dalam buku terbarunya yang berjudul “3 Day Potty Training“. Jensen percaya, balita mulai siap belajar ke toilet sendiri, di pagi dan malam hari, untuk pipis dan pup, ketika mereka sudah berumur 22 bulan.

Namun, beberapa orang tua tidak yakin kapan tepatnya mereka harus memulai TT kepada anaknya. Begitu pun dengan anak, tidak semua balita siap untuk TT di umur yang sama. Penting bagi emak-emak untuk membaca tanda-tanda kesiapan anak. Ada yang sudah mulai sejak umur 8 bulan, 1 tahun, bahkan 2 atau 3 tahun. Jadi setiap anak dan orang tua akan berbeda kondisinya.

Jika melihat dari sisi anak, kapan ya kira-kira anak siap melakukan TT? Tanda-tandanya apa saja?

  • Dapat mengikuti perintah yang mudah. Anak sudah paham dengan intruksi yang orang tuanya berikan. Dengan modal ini orang tua akan lebih muda mengajak anaknya untuk melakukan TT.
  • Anak mengerti kata-kata yang berhubungan dengan TT. Usahakan kenalkan anak terlebih dahulu pipis dan pup tuh seperti apa. Maksudnya ketika anak sedang pipis atau pup, peran orang tua jangan diam saja, hehe. Ajak ngobrol, kalau dia sekarang sedang pipis atau pup. Tidak lupa juga kenalkan toilet di kamar mandi fungsinya untuk apa.
  • Secara verbal sudah mampu mengekspresikan kapan harus buang air. Nah, terkadang ini hanya orang tuanya saja yang paham. Kapan anaknya mau pipis atau pup. Ekpresi di wajahnya kerap terlihat, terutama pup.
  • Popoknya kering selama lebih dari 2 jam. Serta merasa risih jika popoknya basah. Jika anak sudah mengalalami ini, Insya Allah dia sudah siap diajak TT.


Lalu, trik apa saja jika emak-emak di sini sudah memulai TT agar cepat kelar? Cepat-cepat selonjoran, ngopi cantik samil baca buku, tidak lagi mengurusi air pipis yang berceceran.

  •     Kreatif. Ya, lakukan apa saja yang membuat anak semangat melakukan TT. Seperti membacakan buku tentang TT, melihatkan video yang kontennya edukasi TT, atau bisa juga melalui lagu-lagu. Seperti yang dilakukan salah satu member SM, Mbak Majhe, Ibu muda cantik yang 1 ini mengarang lagu TT dari lagu selamat ulang tahun, Wah kreatif sekali ya 
http://kataella.blogspot.co.id/, emak-emak, Shalihah Motherhood, Toilet Training, Balita, Mengajarkan toilet training pada anak, Ella Nurhayati

  •     Ingatkan (bukan tanyakan) si kecil jika ia merasa ingin pipis atau pup. Kebanyakan anak, jika ditanya malah kebingungan atau merasa tertekan. Coba ingatkan saja setiap 1 jam atau 2 jam sekali, ”Dek, kalau mau pipis di toilet, ya!” “Dek, kalau mau pipis bilang sama Ibu, ya!”

  •     Perbanyak stok sabar, karena proses TT berbeda-beda, emak-emak wajib memiliki stok kesabaran agar tidak cepat marah atau menyerah di tengah jalan. Semakin anak kena marah orang tuanya, semakin ia tidak mau melanjutkan proses TT.

  •     Jangan malas! Seperti kata Mbak Indah dalam sharingnya di radio Dakta Bekasi, ia menyimpulkan proses TT ini lelah, kuncinya ada pada anak dan orang tua. Jadi jangan malas untuk memulai dan untuk menyelesaikan hingga anak benar-benar lulus TT. Siap-siap beli sprei waterproof agar tidak bulak-balik nyuci sprei gegara kena ompol, siap-siap beli celana TT agar pipis tidak begitu berceceran. Siap-siap cucian menggunung gegara baju dan celana anak kena pipis.

  •     Tawakal, loh kok perlu tawakal? Iya perlu sekali. Karena proses TT adalah bagian dari PR emak-emak, jadi perbanyak berdoa sama Allah agar diberi kemudahan. Niatkan untuk menumbuhkan kemandirian anak dan kebersihan. Karena Islam cinta kebersihan.

Sekilas bercerita tentang TT Alif. Aku mulai mengenalkan ia TT di usia 18 bulan, namun belum konsisten. Hanya perkenalan mendasar saja. Kebetulan Alif sudah terbiasa memakai clodi (popok kain), jadi rasa risih jika basah sudah terlihat ketika ia masih memakainya. 

Aku meyakini bahwa jika Alif sudah paham dan bisa membedakan mana yang tidak boleh mana yang boleh, Insya Allah proses itu akan cepat. Alhamdulillah, umur 23 bulan aku mulai TT dan ketika umurnya yang ke 2 tahun ia sudah lulus TT sekaligus lulus ASI. Predikat lulus ini anak benar-benar sudah tidak pernah lagi mengompol di celana. Jika di tempat umum ia akan bilang mau pipis atau pup, dan mampu menahannya beberapa waktu ketika sedang antre di toilet umum.

Kamis, 22 Februari 2018

SUKA, DUKA DAN ASA DI SHALIHAH MOTHERHOOD


Pernah ditegur suami karena main gadget terus? Cung yang pernah! (tutup wajah)
Ketika awal-awal gabung di Shalihah Motherhood, aku menjadi lebih sering menatap layar hp, gegara obrolan di-WA-Grup yang tidak pernah sepi. Tidak hanya ramai tanpa makna, namun menarik juga. Obrolan dunia emak-emak yang dibutuhkan olehku sekitar 4 tahun lalu. Alhasil suami cemburu, karena istrinya lebih asik mengobrol di-WA-Grup.

Aku mencari cara agar tidak mengganggu suamiku. Maka, kukurangi intensitas menatap hp di depan suami. Ketika ia kerja, aku baru berani cek grup. Menyimak ketika ada topik yang sedang dibahas, tidak jarang pula aku mengajukan pertanyaan atau sekedar meminta saran. 

****

"Yang, coba minta saran ke grup SM, anak sholeh belum juga mau keluar," sambil mengusap perutku yg buncitnya sudah 43 minggu. Kehamilan postern terjadi pada kehamilan pertamaku. 

Ya, di tahun kedua keanggotaanku, manfaatnya mulai terasa oleh suamiku. Berangsur ia mengikis rasa cemburunya, bahkan tidak jarang ia megusulkan untuk meminta saran ke grup. Alhamdulillah... Selama masih bisa menyeimbangkan antara hak dan kewajiban menjadi seorang istri, suamiku tidak melarangku lagi untuk aktif berdiskusi di Shalihah Motherhood.


 https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI


Salah satu usahaku untuk menjaga obrolan grup yang sayang untuk dilewatkan, ketika hp-ku rusak, aku menyimpannya di email. Beres.

Banyak hal yang membuat aku betah berlama-lama menjadi anggota grup ini, bahkan terlintas untuk keluar grup saja belum pernah. Memang, aku belum pernah bertatap muka dengan anggotanya, namun nikmat ukhuwahnya sangat terasa. Mungkin karena kami sama-sama sedang berjuang menjadi seorang Ibu yang shalihah. Jadi, tidak aneh jika cara mengobrol kami di grup sangatlah erat, layaknya teman dekat atau bahkan keluarga.


https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI
( Minggu, 27 Desember 2015: Pertemuan pertama dengan beberapa anggota Shalihah Motherhood, sekaligus soft launching buku pertama Love Story Off Birthing )

Di tahun kedua, 2015. Founder Shalihah Motherhood menjaring beberapa yang suka dan mau bergabung dengan grup kepenulisan. Di tahun itulah kami menerbitkan satu buku tentang cerita melahirkan: Love Story Off Birthing. Banyak kisah haru selama proses penerbitan, salah satunya anggota dikejar-kejar waktu untuk menyelesaikan target tulisannya. Belum lagi proses terbit yang sempat terkendala. Menjadi kenangan tersendiri bisa ikut andil dalam proyek buku perdana itu.

*****

Tahun 2017 menjadi tahun yang paling menyenangkan selama keanggotaan. Bagaimana tidak, selama satu tahun itu banyak agenda online atau offline yang dilaksanakan, tentunya aku bisa ikut. Itu menjadi kebahagiaan tersendiri buatku. Sengaja meninggalkan komunitas lain yang kurang manfaatnya, menyisihkan waktu untuk Shalihah Motherhood. Karena di grup ini, aku banyak sekali belajar semua aspek kehidupan. Berlatih sabar dalam menghadapi dinamika seorang ibu yang mempunyai anak balita. Belajar cerdas dalam menyikapi semua cobaan. Terkadang menjadi seorang ibu rumah tangga itu butuh teman untuk sebuah pencerahan, selain suami yang juga memberi dukungan.


https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI
( Minggu, 26 Maret 2017: Kopdar Jabodetabek di rumah Mbak Tari Ramli, Bogor.
(Kiri ke kanan: Mbak Indah, Mbak Amania, Mbak Rizky, Mbak Rachma, Mbak Nurina, Mbak Mega Sarfika, Mbak Mega Dewana Putri (Founder SM), Mbak Icha, Mbak Tari, Aku, Mbak Ira Rahmah)



https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI
(Sabtu, 29 April 2017: Dialog Nasional Penggiat Keluarga Indonesia 2017 di IPB Convention Centre Botani Square, Bogor. Perwakilan dari Shalihah Motherhood. Aku, Bu Yanne Ibu Wali Kota Bogor, dan Mbak Mega Dewana Putri founder SM)



https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI
(Rabu, 12 September 2017: Silaturahim ke rumah Kak Aquino Umar/Noy (pemeran KMGP dan Duka Sedalam Cinta), kebetulan Kak Noy saat itu salah satu anggota SM juga)
(Mbak Mega Dewana Putri, Mbak Ira Rahmah, Kak Noy, Aku)



https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI
(Minggu, 17 September 2017: Rapat penulis buku ketiga, Catatan Cinta Pejuang ASI, sekaligus kopdar jabodetabek. Masjid UI Depok)
(Mba Zie, Mbak Citra, Mbak Puput, Mbak Nisa, Mbak Kalia, Aku, Mbak Mega Dewana Putri founder SM)


https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI
(Senin, 30 Oktober 2017: Nobar bareng pemain Duka Sedalam Cinta dengan beberapa anggota SM, Bogor Trade Mall)
(Mbak Mega Dewana Putri, Kak Aquino Umar/Noy, Mba Ira Rahmah, Aku)



https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI
(Rabu, 17 Januari 2018: Ketemu sama Teh Lala yang cantik dan baik hati di GWW IPB Bogor. Kebetulan beliau sedang silaturahim ke Bogor dari Yogyakarta)


*****

Selain banyak belajar melalui pembahasan topik dunia emak-emak, parenting, resep masakan, bahkan yang umum-umum seperti bertanya petunjuk jalan, Shalihah Motherhood juga bisa dijadikan "Marketplace" loh. Nggak percaya? Jadi begini, kami selalu ada update list online shop para member. Nama tokonya dan produk yang ditawarkan. Alhasil, kami bisa bertukar jual beli barang dagangan. Kalau butuh sesuatu, ya silakan bertanya ke grup, siapa tahu ada yang jual. 

Contohnya nih, kalau mau mencari buku-buku anak yang murmer ya ke Mbak Annisa 'icha' Anastasia, Mbak Mega Dewana Putri Tjahyono, Mbak Elvin, atau ke member lainnya.

Kalau butuh cushion cover cantik ya ke Teh Nurul 'Lala' Fadlillah. Atau butuh mushaf langsung ke Mbak Diah Hairunisa.

Ada lagi, member yang menjual jajanan cilok dengan cita rasa yang khas, langsung saja ke Mbak Yani Mulyani Gerakancintaanaktani

Butuh gendongan ORI made in Indonesia, bisa tanya-tanya ke Henti Nikiatau sedang mencari cemilan dimsum japri ke Mbak Ziadatunnisa Ziada.

Masih banyak lagi list online shop, semuanya lengkap. Jadi, tidak perlu jauh-jauh mencari ke lapak jualan orang lain.


Agenda Kuliah Whatsapp (kulwap) pun teratur dilaksanakan. Untuk member, bahkan dibuka untuk umum. Kulwap bertema online shop syariah, tentang perkembangan bicara anak, dunia menggendong anak, pengetahuan tentang menyusui, persiapan melahirkan, menejemen keuangan keluarga, baby blues, dan topik lainnya. Semuanya akan difasilitasi narasumber yang ahli di bidangnya. Sehingga bisa mengupas tuntas pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan oleh peserta kulwap. 


Selain itu semua, yang membuat aku betah di grup ini adalah, ada nakes yang ridha kapan saja diberikan pertanyaan seputar kesehatan dan kebidanan. Terima kasih kepada Mbak bidan cantik Nadia Nur Ganischa, jangan bosan terima 'japrian'-ku, ya. Terima kasih Bu dokter Arsdiani Syatria yang selalu menjawab pertanyaan seputar kesehatan umum di grup. Semoga menjadi amal jariyah yang tak akan berhenti mengalir pahalanya. Amin. 


Terakhir untuk wanita Shalihah, kalem, keibuan, mengayomi, cantik, dan sabar dalam mendengarkan keluh kesahku seputar keislaman: MbakAfifah Amaly Syahidah. Beliau adalah general manager Shalihah Motherhood di kepengurusan sekarang. Sekaligus punya lapak tas etnik yang lucu. 



*****

Alhamdulillah... bersyukur kepada Allah SWT sudah dipertemukan dengan orang-orang yang shalihah. Karena itulah salah satu obat hati yang mujarab. 

Ada sebuah asa dalam doa, semoga Shalihah Motherhood semakin banyak anggotanya, sehingga banyak emak-emak di luar sana yang merasakan manfaatnya. Pun jika tidak menjadi membernya, Shalihah Motherhood tetap menularkan energi positif dalam melakukan kebaikan. Khususnya kebaikan yang dimulai dari keluarga. Selamanya, hingga ke Jannah-Nya.


#SMwritingchallenge #memberONLY #syukuransm #sm4.0 #Sesi2

Baca juga sesi 1:

https://www.facebook.com/kataella/posts/1881963855427824

http://kataella.blogspot.co.id/2018/02/sebuah-kado-istimewa.html


Jumat, 16 Februari 2018

SEBUAH KADO ISTIMEWA

Bismillah...

https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI



13 September 2014, usiaku genap 23 tahun. Baru saja melewati lima purnama bersamanya, Bang Syaiha seorang imam yang sangat kucinta, karena-Nya. Aku mendapat kado istimewa, kau tahu apa itu isinya?

Hmmm.. persis foto yang kubagikan ini, sebuah buku sederhana namun dalam makna. Isinya adalah ucapan dan sekumpulan doa, sajak indah yang mampu membuang lara seketika. Bagaimana tidak, di dalamnya bukan hanya tulisannya, tapi banyak teman-teman yang ikut menulis juga. Bahkan ada beberapa yang tidak kukenal namanya, Mega Dewana Putri Tjahyonosalah satunya.

Dalam tulisannya, wanita ini memperkenalkan diri yang ternyata adalah seorang istri dari Kang Muhamad Saefudin, ia adalah teman asrama suamiku saat masih kuliah dulu. Selain itu tidak disangka-sangka, kang Aep ini adalah teman magangku di sebuah lembaga zakat di kota Bogor. (Ckckckck... Dunia memang sempit, nampaknya nyambung-menyambung ya)

Nah, di akhir tulisan, Mbak Mega mengaku mempunyai sebuah grup di whatsapp, namanya Shalihah Motherhood. Sekumpulan ibu-ibu muda yang baru saja menikah, hamil atau mempunyai anak. Saat itu, ketika aku membaca tulisan Mbak Mega, belum terlintas untuk langsung bergabung. Aku masih ragu. Belum kenal, belum pernah ketemu, pasti menjadi kesan tersendiri.

Namun karena aku tengah hamil pertama, baru memasuki trimester kedua, aku merasa butuh teman seperjuangan. Teman yang bisa bertukar pikiran. Sedikit sekali pengetahuanku tentang dunia parenting. Saat itu aku hanya menandalkan buku-buku dan artikel yang kubaca kala waktu senggang. Mungkin saatnya aku menghubungi Mbak Mega untuk mencari peluang. Peluang untuk menambah teman dan pengetahuan.

Alhamdulillah, setelah bergabung aku merasa nyaman. Bahkan tidak sekaku yang kubayangkan. Walaupun belum pernah bertatap muka, namun nikmat ukhuwahnya sangat terasa. Saat itu aku lebih banyak bertanya dan meminta saran. Tentang dunia kehamilan dan persiapan melahirkan.

Rencana Allah SWT sangatlah indah, berkumpul dengan mereka menjadi sebuah apresiasi diri. Ternyata inilah salah satu kado yang istimewa di tanggal 13 Septemberku, hampir empat tahun yang lalu.

https://kataella.blogspot.co.id/, Ella Nurhayati, Shalihah Motherhood, Bang Syaiha, dunia emak-emak, kepenulisan, Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), Catatan Cinta Pejuang ASI
Aquino Umar, Mega Dewana Putri, aku, Ira Rahmah

Mbak Mega founder grup dan admin yang baik. Sikap loyalitasnya kepada semua member, bisa terlihat dari perhatian yang ia berikan jika ada member yang mengalami kesulitan.

Obrolan di grup pun tidak melulu tentang parenting, tapi semua aspek kehidupan pun bisa ramai diperbincangkan. Kelebihannya, grup ini bukan hanya grup untuk ngegosip, tapi mengobrol untuk mencari solusi. Dilihat dari namanya saja Shalilah Motherhood, orang-orangnya sudah pasti bercita-cita untuk menyandang predikat shalihah di mata-Nya (Amin). 

Itulah salah satu alasanku untuk bergabung dan masih bertahan sampai saat ini. Ingin selalu dekat dengan orang-orang yang juga berdoa agar shalihah itu melekat dalam kehidupan, agar selalu ada yang mengingatkan dalam kebaikan.

Kelebihan lainnya adalah, Shalihah Motherhood menyeimbangkan antara dunia emak-emak dengan minat dan bakat membernya. Salah satunya adalah divisi publishing, dalam 4 tahun ini sudah ada 3 karya buku yang diterbitkan. Love Story Off Birthing, Ramadhan Happy Ala Mahmudah (mamah muda shalihah), dan Catatan Cinta Pejuang ASI. Alhamdulillah, dari ketiga karyanya itu aku ikut andil juga dalam kepenulisan maupun kepengurusannya.

Terima kasih Mbak Mega Dewana Putri Tjahyono sudah menitip pesan cinta di dalam buku istimewanya Bang Syaiha. Sehingga aku bisa menjadi bagian dari anggota Shalihah Motherhood yang kini sudah 4 tahun usianya.


Selasa, 14 Maret 2017

Bang Alif 2 Tahun, Alhamdulillah





Aku menikmati setiap detiknya menjadi seorang ibu. Membersamai Alif setiap waktu. Sungguh semuanya adalah anugerah terindah dalam hidupku. Kebahagian buatku. Saking bahagianya, aku pun kemudian lupa, bahwa dua tahun yang lalu dadaku pernah bergemuruh. Jantungku berdegup kencang, dan suasana mendadak menegangkan. Aku memasuki ruang operasi sendirian. Horor banget. Aku harus melakukan operasi Sectio Caesaria atau sering disebut sesar, agar bayi yang kukandung segera terselamatkan.

Saat mengandung Alif aku mengalami kehamilan postern -kehamilan yang lewat dari waktu perkiraan dokter-. Sudah masuk empat puluh minggu aku dan suamiku mulai ketar-ketir, karena belum ada tanda-tanda cinta dari janin dalam rahimku. Mungkin ia masih dalam proses persiapan bertemu dengan Ummi dan Abinya. Entahlah.

Aku menjadi lebih sering berburu informasi penting tentang kehamilan lewat bulan. Sampai-sampai aku mendadak cerewet tanya ini itu ke salah satu grup keren di aplikasi WhatsApp. Grup ini sangat membantu sekali. Sehingga aku selalu mendapatkan energi positif dari member-membernya yang ikut berbagi. Tapi tak jarang juga aku was-was ketika ada beberapa teman yang usia kehamilannya sama bahkan lebih muda, tapi sudah melahirkan duluan. Kok aku belum lahiran juga?

Pada minggu-minggu ini aku sering ke dokter, melakukan cek USG dan CTG – Cardiotocography; Pemeriksaan detak jantung janin pada saat kontaksi dan tidak. Hasilnya masih baik-baik saja. Orangtua pun, akhirnya menyarankan agar kami tetap menunggu hingga ia memberikan dorongan alami untuk menemukan jalan keluarnya. Ya, jalan lahirnya. Tapi sudah lewat hampir tiga minggu belum juga ada tanda-tanda. Aku belum pernah merasakan apa-apa, seperti kebanyakan ibu hamil lainnya. Seperti sakit pinggang, kontraksi dan mulas teratur atau keluar flek. Tidak sama sekali. Bahkan segala usaha agar merangsang proses pembukaan sudah aku lakukan. Dari mulai olahraga sampai makan buah nanas dan durian yang konon bisa memacu kontraksi. Tapi hasilnya? Nihil!

“Anak sholehnya Ummi, yuk cari jalan keluarnya. Nanti Ummi bantuin. Ummi sama Abi udah kangen sama anak sholeh. Pengen cepet-cepet ketemu.”

Kubisikkan sebuah harapan setiap saat sambil mengelus perut buncitku. Mengajak kerjasama kepada janinku agar segera mendorong jalan keluarnya. Setiap sujud selalu kupanjatkan segala doa dan pinta untuk keselamatan calon buah hatiku.

Ketika memasuki minggu ke empat puluh tiga, aku melakukan pemeriksaan. Tepat hari Kamis tanggal 12 Maret 2015. Apapun hasilnya akan segera kuputuskan. Biasanya setiap periksa kehamilan, aku hanya berdua dengan suamiku saja. Namun kali ini kami mengajak Ibuku ke rumah sakit di bilangan Kota Bogor. Tujuannya agar sama-sama tahu kondisi kandunganku saat itu. Karena beliau yang selama ini meminta agar aku menunggu sampai ada tanda-tanda melahirkan.

Rumah sakit ini bukan tempatku biasa periksa kehamilan, namun dokter obsgynku kebetulan sedang praktek di sana. Ya, RS Bunda Suryatni namanya.

“Plasentanya sudah mengalami pengapuran grade tiga, Bu. Sehingga sudah sulit menyuplai nutrisi makanan untuk janin. Bayi harus segera dilahirkan,” kata dokter cantik yang sedang memeriksaku sore itu. Dia adalah dokter obsgynku, dokter Farahdina.

“Jika ibu mau, kita bisa melakukan induksi terlebih dahulu. Namun persentase keberhasilannya fifty-fifty,”  ia melanjutkan.

“Lakukan yang terbaik, Dok. Kita usahakan normal dulu saja. Kata suamiku yang sejak tadi ikut memandang layar USG. Ibuku hanya menggangguk pelan. Aku, tentu saja manut.

Lingkar kepala besar. Perkiraan berat badan janin 3,6 kg. Untuk ukuran anak pertama memang besar. Dokter menyimpulkan karena itulah menjadi penghambat mengapa aku tidak bisa merespon hormon oksitosin dalam tubuhku. Hormon ini sangat penting untuk bukaan jalan lahir bayi. Namun ini hanya perkiraan saja, karena penyebab kehamilan postern belum diketahui pasti. Entah itu karena genetik atau karena memang kondisi tubuhku yang tidak bisa respon dengan hormon yang paling berpengaruh ini. Dokter akan melakukan induksi guna memberikan hormon oksitosin. Berharap ada bukaan secara alami sehingga aku bisa menjalani proses melahirkan dengan normal.

***
Pukul 23.12 WIB aku sudah berbaring di ruang tindakan. Ada dua selang yang menjuntai dipasangkan ke tubuhku. Asupan oksigen dan sebuah infusan hormon oksitosin. Di sana aku menangkap wajah-wajah yang menegangkan dengan senyum yang dipaksakan. Ya, ada suami dan ibuku yang selalu menguatkan.

“Ummi tenang saja, kita lakukan usaha maksimal buat kelahiran normal anak kita,” kata seseorang yang kini kupanggil Abi, dia lelaki hebat yang pernah kutemui.

Tidak pernah menyesal menjadi pendamping hidupnya. Bahkan masih terukir jelas saat ia ucap janji suci di depan orangtua, penghulu dan para saksi. Kamis, 3 April 2014 adalah hari bahagia kami. Semoga terjalin hingga akhirat nanti.

“Iya, Bi. Aku nggak mau operasi.” Kataku lirih. Pipiku basah, ada aliran hangat dari mataku.

Aku benar-benar khawatir saat itu. Aku sangat takut dengan operasi. Seumur hidupku baru kali ini berbaring di ruang tindakan. Bahkan, berada di ruangan operasi pun belum pernah terbayangkan. Doa terbaik tak henti-hentinya kupanjatkan. Semoga Allah mengabulkan, tidak dengan operasi sesar melainkan melahirkan dengan normal.

****

Jumat, 13 Maret 2015

Sekitar pukul 05.30 WIB seorang perawat sibuk melihat alat CTG yang sudah semalaman terpasang. Mereka selalu melakukan cek pada janinku setiap sembilan puluh menit sekali. Sudah sekitar enam jam hormon yang diberikan kepadaku tidak berpengaruh apa-apa. Bahkan semalaman itu aku bisa tidur nyenyak karena kontraksi tidak terjadi sedikit pun.

“Ini nggak baik,” katanya membuyarkan lamunanku.
“Kenapa, Sus?” tanya suamiku langsung menyambar.
“Detak jantung anak Bapak melemah.”

Ya Rabbi. Kenapa dengan anak kami? Aku terdiam. Perawat dan suamiku sedang melakukan diskusi dengan hasil akhir CTG itu. Aku enggan mendengarnya. Aku hanya ingin anak yang kukandung bisa selamat. Apapun caranya aku ikhlas. Tidak lagi memikirkan takutnya tindakan operasi. Bahkan jika harus kutukar dengan nyawaku, aku siap. Yang terpenting keselamatan buah hatiku. Namun tetap saja, otakku langsung berputar. Membayangkan proses menyeramkan itu.

“Bi, aku nggak mau operasi,”  kataku lirih.
“Ummi harus kuat. Demi anak kita,” kata suamiku sambil menghapus bulir hangat yang mengalir di pipiku.
“Doain aku dan anak kita ya, Bi. Maafin Ummi jika ada salah”
“Doain ya, Mi. Maafin Ella jika banyak salah sama Ummi,” aku meminta doa juga kepada ibuku yang masih menemani.
“Jangan mikir macam-macam ya. Pokoknya banyak Istighfar saja. Ada Allah, nak!”

Dengan berpasrah diri aku memasuki ruang operasi. Tentu sudah lengkap dengan pakaian hijau yang menambah horor saja. Benar, aku langsung lemas bukan main. Tensi darah langsung turun. Dokter membisikkan agar aku tetap tenang dan banyak berdoa. Bagaimana tidak, ruangan itu sungguh menyeramkan. Hanya dua warna yang tampak kontras dipandang. Ruangan serba putih dan seragam hijau tim dokter yang khas. Aku tidak tahu pasti jumlah dokter di ruangan itu. Mungkin jika kukira-kira ada sekitar tujuh dokter dengan tugasnya masing-masing. Aku dibius setengah saja, sehingga masih terdengar jelas suara yang khas. Seperti gunting yang beradu sampai benturan baskon stenless yang kutaksir adalah tempat alat-alat medisnya. Jiwaku bergejolak tak karuan. Aku mual hebat. Mau bicara pun rasanya tidak bisa.

Hoek! Sepertinya ini efek dari biusan yang disuntikkan ke punggungku tadi. Sehingga ia tidak bersahabat dengan perutku.

“Alhamdulillah, laki-laki Bu anaknya. Nangisnya kenceng banget, ya, suara samar-samar seorang dokter.

Bang Alif 2 Tahun, Alhamdulillah, love story of birthing, Ella Nurhayati, http://kataella.blogspot.co.id/, cerita melahirkan, ruang operasi, kelahiran postern, kisah melahirkan, perjuangan ibu

“Beratnya 3,8 Kg, panjangnya 51 cm. Semuanya lengkap, sehat dan selamat.”  Katanya lagi melanjutkan.

Benar saja. Pagi ini sekitar pukul tujuh kurang empat menit anakku sudah lahir. Tanggal 13 Maret 2015 di hari yang barokah, Jumat Mubarak. Hari yang sangat kusukai. Dokter langsung melekatkan bayi mungil itu ke atas dadaku untuk melakukan IMD – Inisiasi Menyusui Dini. Namun hanya sebentar saja. Karena proses penjahitan harus segera diselesaikan.

Ternyata operasi tidak seperti yang kubayangkan. Tidak seperti film horor yang pernah kutonton. Prosesnya hanya sebentar. Jika sakit setelahnya jelas wajar. Inilah perjuangan.

Saat itu perasaanku campur aduk. Kepalaku seperti mau pecah saja. Perutku mual sampai tak sadarkan diri. Beberapa jam kemudian seluruh tubuhku terasa sakit. Biusnya sudah habis. Ahh, luar biasa perjuangan ini. Untuk bergerak pun sulit sekali. Itu sebabnya hari pertama aku dirawat, dokter sudah memasangkan selang kateter - selang yg digunakan untuk membantu mengeluarkan urine secara otomatis dari kantung kemih. Yang jelas aku bahagia. Anakku sehat dan selamat. Rasa sakit itu sudah terbayar lunas dengan kebahagiaanku. Jagoan kecilku sudah menjadi pelengkap hidup. Alif Fathul Hadi. Nama yang kami berikan padanya. Semoga menjadi anak yang membanggakan. Pembuka segala kebaikan.


Kusematkan panggilan “Abang” untuknya agar ia menjadi jiwa yang kuat. Menjadi panutan untuk adik-adiknya kelak. Tertanam sikap leader yang bertanggung jawab.

------------------





------------------
Note: Ini tulisan lama, ada dalam buku antologi Love story of Birthing.